Down to Earth

Down to earth adalah istilah lain dari humble yang artinya rendah hati (tidak sombong). Bumi, yang letaknya di bawah kita, digunakan sebagai konotasi bahwa kita tidak menunjukkan sikap tinggi hati.

Menjadi seseorang yang down to earth merupakan hal baik, yang tidak mudah dilakukan. Kita perlu belajar dari padi, bagaimana caranya makin berisi makin menunduk. Kita harus memenangkan ego kita, yang seringkali ingin tampak lebih tinggi dan lebih baik dari orang lain.


Down to earth, berarti kita mengetahui, meski dengan segala hal yang kita miliki, baik itu benda, ilmu maupun skill, kita pada dasarnya masih manusia, dengan segala kekurangannya. Jadi kita tidak berhak untuk memiliki sikap tinggi hati dan bisa bersikap semena-mena pada orang lain.

Menjadi down to earth, juga merupakan skill, akhlak, buah dari kejernihan hati. Bisakah kita bersikap layaknya 'orang biasa' tanpa menunjukkan bahwa kita lebih baik dari orang lain? Satpam yang menjaga keamanan kantor, sekolah atau rumah sakit, mungkin pendidikannya tidak setinggi kita, pun jumlah nominal gaji yang ia terima, bisakah kita menyapanya tanpa ada intonasi merendahkan, atau intonasi bahwa kita berada lebih 'tinggi' darinya? Atau saat melihat tingkah netizen di sosial media yang makin aneh, bisakah kita melihatnya sebagai refleksi untuk diri, dan bukan alasan untuk merasa kita lebih baik dari mereka?

***

Down to earth, mengingatkanku tentang penciptaan diri, penciptaan manusia. Dalam islam, kita tahu, bahwa malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api dan manusia diciptakan dari tanah. Tanah liat kering. Ya, tanah. Mengapa tanah? Bukan air, bukan angin? Mengapa tanah, yang kotor, dan letaknya di bawah kaki kita?

Penciptaan manusia, bahwa kita dari tanah dan akan kembali ke tanah, hal itu seharusnya bisa membuat kita belajar untuk rendah hati. Kita sebenarnya bukan apa-apa, jika kita mau jujur menengok asal mula kita. Yang kita miliki sekarang, semua itu pemberian, hadiah, bukan sesuatu yang berasal dari usaha kerja keras kita. Titipan, yang bisa sewaktu-waktu diambil olehNya. Wajah jelita dan rupawan yang mungkin pernah membuat hati sedikit merasa tinggi, kelak akan diambil olehNya, entah lewat perjalanan waktu, sebagaimana tua adalah satu-satunya penyakit yang tidak ada obatnya. Kecerdasan kita, kekayaan dan benda yang kita pikir milik kita, bisa dengan mudah hilang, hingga kita sadar, kita tidak punya kuasa apapun.

Menjadi down to earth itu butuh latihan. Kita harus sering melihat kebawah, banyak bersyukur dan mengingat kembali dari apa kita diciptakan. Pun saat kita melihat segala hal baik yang bisa meninggikan hati, kita harus melatih diri mengucapkan alhamdulillah. Bahwa semua itu, bahwa ini semua, milikNya dan dariNya. Maka yang berhak dipuji bukan diri kita, tapi Allah subhanahu wata'ala.

***

Keterangan:

Tulisan ini merupakan bagian dari #sabtulis. Apa itu sabtulis? Sabtulis adalah gerakan menulis di hari Sabtu bagi sobat yang ingin menjadikan malam minggunya lebih produktif, melatih kemampuan menyampaikan gagasan atau mengekspresikan diri melalui tulisan, serta membentuk kebiasaan baik dalam menulis. Mari ikutan!

1 komentar:

  1. Saya sangat suka dengan tulisannya mudah dimengerti dan dicerna...Goodreal

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.